pendekar bebek bertattoo
beratus-ratus bebek berjalan beriringan dengan rapi di pematang sawah. seorang bercaping berdiri tepat di belakang mereka, menjaga agar mereka tetap dalam jalurnya.
dalam keadaan pedesaan yang tenang dengan semilir anginnya yang dingin, tiba-tiba muncul suatu sinar dengan terang yang amat sangat. para bebek terkesima, tak tertinggal sang bercaping. untung aku menggunakan cengdemku ini, kata sang bercaping dalam hati.
makin lama terang tersebut mulai mereda, dan sebagai gantinya terlihat seorang perempuan menggunakan kostum selayaknya star trek yang serba ketat. si perempuan melepas cengdemnya dan menyapa sang bercaping, selamat sore, saya PJ, saya datang dengan damai.
setelah sang bercaping tak silau melihat PJ, segera ia melepas cengdemnya. selamat sore juga, saya sang petani bekbek... saya terima damai anda.
setelah bertahun-tahun lamanya, PJ dan sang bercaping bertemu tak sengaja seperti pada awalnya - sinar terang- tercengang - berteman dekat, tanpa mengusik kehidupan pribadi.
namun sore itu, di bawah pu'un damai, setelah sekian tahun PJ tidak nampak lagi, sang bercaping mulai merasakan sesuatu yang sudah lama dia tidak rasakan selama berpuluh-puluh tahun lamanya, dia akhirnya mencurahkan perasaannya pada sang penjual jamu yang biasanya mangkal di bawah pu'un itu, katanya, aku merindukannya. sang penjual jamu merasa tertegun dengan curhatan sang bercaping, mengapa?, tanyanya. dia membuatku merasa seperti ini, jawab sang bercaping sambil menerawang jauh.
berjam-jam lamanya setelah itu, serombongan perampok berkuda mendekati pu'un damai itu. pu'un itu adalah gerbang masuk desa damai. sebuah desa yang dinamai sama dengan pu'unnya.
berbagai unggas yang hinggap di pu'un itu beterbangan mendengar riuh derap kaki kuda yang diikuti oleh debu yang berterbangan. sang bercaping yang selalu menghadap ke bawah kemudian mengintip kejadian itu dari balik capingnya.
tiba-tiba scene berubah dari penjual jamu yang ketakutan, menjadi ke scene bebek-bebek yang bengong karena sang bercaping tidak ada di tempatnya lagi. sang penjual jamu menjadi semakin takut. dipanggilnya sang bercaping berkali-kali... SB... SB... kamu di mana? saya takut...
gerombolan kuda semakin mendekat... tinggal beberapa puluh meter lagi. debu semakin jelas terlihat. ringkikan kuda dan teriakan para perampok jelas terdengar. sang penjual jamu merapatkan tubuhnya di pu'un damai. beratus-ratus bebek itu pun kocar-kacir mencari selamat di balik pu'un damai.
tiba-tiba... CIYYYYYYYYYYYYYYYYYYAAAAAAAAAAAAAAATTT !!!
*bersambung*
Source Image: Warren Gebert