Si Jay Piknik
Jum'at, 2 Juni 2006
Sebentar lagi kita akan mendarat di Bandar Udara Adisucipto Yogyakarta. Waktu setempat menunjukkan pukul 13.45 menit. Tidak ada perbedaan waktu antara Yogyakarta dan Jakarta. Mohon untuk tidak menyalakan telepon ganggam sampai anda sampai pada terminal kedatangan. Mohon tetap menggunakan sabuk pengaman sampai pesawat ini benar-benar berhenti. Terimakasih telah terbang bersama Emprit Airlines.
Adrenalin gue terpompa keras. Truk pengangkut barang logistik untuk didistribusikan ke pelosok sudah sampai di sini, mestinya. Gue memandang limabelas rekan gue yang berada dalam pesawat ini, mengemban tugas. Mendistribusikan barang-barang sumbangan ini ke tangan yang berhak.
Kita semua keluar dari pesawat, dan tertawa meneruskan pembicaraan kami di pesawat tadi: pramugarinya punya alis 'heran'. Gue dengar Mbak Nasti menelpon Mas Adam yang masih di Jakarta, melaporkan bahwa timnya sudah sampai di Yogyakarta dengan selamat. "Kita langsung ke Gedong Kuning. Koordinasi jam enam sore", teriak Mbak Nasti kepada kami semua.
"Jay, loe kemana besok?"
"Gua mau ikut ke Yogya, relawan bo...!"
"Gile loe... gaya bener"
"Gile! Gue ni dipaksa ama Kakak gue... Males juga sih, angkut-angkut. Tapi yah, skali-skali gue nolong"
"Hebat loe! Eh jangan lupa bawa kamera..."
"Beres!"
Gue ingat pembicaraan gue dengan Andy kemarin. Gue mengemban tugas kemanusiaan!
Sabtu, 3 Juni 2006
Bangun!
Jam setengah tujuh pagi. Gue pikir jam lima harusnya kita sudah kumpul. Biarin deh.
Akhrinya jam tujuh sia-siap dan menuju ke tempat kumpul. Gile, gue excited mampus! 4x4 gue dah nangkring di depan truk.
Siap-siap!
Kita semua jalan. Kamera tidak lupa gue bawa. 4x4 gue ama temen gue kosong. Ga tahu tugas kita apa, gue jalan aja di belakang truk besar mengangkut logistik.
Gue Jay, umur gue sembilan belas tahun. Rumah gue di daerah Pondok Indah, gedong sih, orang bilang
Nyupir berputar-putar.
Gue bosen! Seharian ngeliatin truk berhenti bagi-bagi logistik.
Ngeliatin orang-orang sengsara.
Ngeliatin temen-temen gue foto-foto (termasuk gue juga sih).
Ngeliatin banyak orang berpakaian rapih (pasti bukan pengungsi dong) jalan-jalan bersliweran ngomong kenceng becanda di ha-pe.
Gue Jay, ga tahu mau ngapain di sini. Biasanya gue main ke mall, godain cewe-cewe. Giliran sampai sini, niat gue mau nolong, gue ga dikasih petunjuk kudu ngapain
Ini ya yang orang suka bilang, berdarmawisata di atas penderitaan orang lain?
EGP.
Gue Jay, lain kali kalau gue tahu bakal kaya begini, gue ga lagi-lagi mau ikutan.
Panas, tauk!
Sebentar lagi kita akan mendarat di Bandar Udara Adisucipto Yogyakarta. Waktu setempat menunjukkan pukul 13.45 menit. Tidak ada perbedaan waktu antara Yogyakarta dan Jakarta. Mohon untuk tidak menyalakan telepon ganggam sampai anda sampai pada terminal kedatangan. Mohon tetap menggunakan sabuk pengaman sampai pesawat ini benar-benar berhenti. Terimakasih telah terbang bersama Emprit Airlines.
Adrenalin gue terpompa keras. Truk pengangkut barang logistik untuk didistribusikan ke pelosok sudah sampai di sini, mestinya. Gue memandang limabelas rekan gue yang berada dalam pesawat ini, mengemban tugas. Mendistribusikan barang-barang sumbangan ini ke tangan yang berhak.
Kita semua keluar dari pesawat, dan tertawa meneruskan pembicaraan kami di pesawat tadi: pramugarinya punya alis 'heran'. Gue dengar Mbak Nasti menelpon Mas Adam yang masih di Jakarta, melaporkan bahwa timnya sudah sampai di Yogyakarta dengan selamat. "Kita langsung ke Gedong Kuning. Koordinasi jam enam sore", teriak Mbak Nasti kepada kami semua.
"Jay, loe kemana besok?"
"Gua mau ikut ke Yogya, relawan bo...!"
"Gile loe... gaya bener"
"Gile! Gue ni dipaksa ama Kakak gue... Males juga sih, angkut-angkut. Tapi yah, skali-skali gue nolong"
"Hebat loe! Eh jangan lupa bawa kamera..."
"Beres!"
Gue ingat pembicaraan gue dengan Andy kemarin. Gue mengemban tugas kemanusiaan!
Sabtu, 3 Juni 2006
Bangun!
Jam setengah tujuh pagi. Gue pikir jam lima harusnya kita sudah kumpul. Biarin deh.
Akhrinya jam tujuh sia-siap dan menuju ke tempat kumpul. Gile, gue excited mampus! 4x4 gue dah nangkring di depan truk.
Siap-siap!
Kita semua jalan. Kamera tidak lupa gue bawa. 4x4 gue ama temen gue kosong. Ga tahu tugas kita apa, gue jalan aja di belakang truk besar mengangkut logistik.
Gue Jay, umur gue sembilan belas tahun. Rumah gue di daerah Pondok Indah, gedong sih, orang bilang
Nyupir berputar-putar.
Gue bosen! Seharian ngeliatin truk berhenti bagi-bagi logistik.
Ngeliatin orang-orang sengsara.
Ngeliatin temen-temen gue foto-foto (termasuk gue juga sih).
Ngeliatin banyak orang berpakaian rapih (pasti bukan pengungsi dong) jalan-jalan bersliweran ngomong kenceng becanda di ha-pe.
Gue Jay, ga tahu mau ngapain di sini. Biasanya gue main ke mall, godain cewe-cewe. Giliran sampai sini, niat gue mau nolong, gue ga dikasih petunjuk kudu ngapain
Ini ya yang orang suka bilang, berdarmawisata di atas penderitaan orang lain?
EGP.
Gue Jay, lain kali kalau gue tahu bakal kaya begini, gue ga lagi-lagi mau ikutan.
Panas, tauk!
0 Comments:
Post a Comment
<< Home