Pliiisss deh
Sore itu aku sms-an ama Bara, seharusnya malam nanti janjian ketemu buat nerusin obrolan kemarin soal development proyek. Kerna lagi suntuk banget, saya berpikiran untuk kerja over a nice cup of coffee somewhere.
Bara, nanti ke rumah jam 7 malem ya, kita terus ke citos yuk... puyeng gue...
sms delivered
Jam 7 Bara datang, terus kita jalan ke Citos naik taksi. Dandananku malam itu sangat 'polos' alias hanya menggunakan tshirt hitam, celana kargo, sandal japit hitam, dan tas ransel. Kata anak-anak, aku kaya anak abg, habis tidak pakai make up sama sekali, polos (atau buluk?).
Sesampainya di Citos, kita akhirnya ke Starbucks dan beli 2 minuman yang kita sukai, lalu duduk di luar, dan mulai ngomongin kerjaan, sambil ngeliatin dan ngementarin orang lewat.Setelah 2 jam kemudian, Bara sibuk dengan sms hpnya. Sampai dia bilang, kalau
temannya mau join. "Ok", kataku.
5 menit kemudian, sementara aku masih berbicara dengan Bara, matanya membesar menuju ke belakangku. Karena aku curiga, maka aku terdiam, dan tidak lama kemudian, dua sosok perempuan yang umurnya saya taksir jauh di bawah saya, yang berdandan ala 'sangat metropolitan' langsung menghampiri meja kami, dan langsung berbicara dengan Bara dengan tampang tidak bersahabat, dan tidak memperdulikan saya.
Sampai akhirnya Bara dengan tampangnya yang culun langsung memperkenalkan diri saya kepada mereka.
"Oh iya, Ini Imel". Aku tersenyum ramah.
Mereka membalas dengan ogah-ogahan.
Singkat cerita, 'aura' malam itu sangat tidak mengenakkan, apalagi sewaktu sang 'tuan putri' bertanya dengan keras, "jadi mbak datang jauh-jauh hanya untuk ketemu sama Bara?". "Oh, iya...", kataku. "Kenapa? ADA MASALAH?", jawabku sambil menatap tajam ke matanya yang bagus itu. Dia yang mendapat tatapanku bak panah peperangan yang dilepaskan langsung bereaksi yang sama sekali tidak saya duga. "eh.. eh.. emm... oooo tidakkk.. tidakkk...", balasnya sambil melambaikan tangan tanda 'tidak'. Pembicaraan akhirnya terputus seketika, dan tuan putri sibuk berbicara dengan Bara.
Setelah hampir setengah jam saya 'dianggurin', akhirnya saya berkata, "Kayanya udah rada malam, saya harus pulang karena besok pagi-pagi sekali saya harus ke Bogor. Saya pamitan dulu ya". Bara kaget dan berpaling kepada saya, dan menahan saya, "Mel... kita pulang barengan". Kedua perempuan yang mendengar hal tersebut sangat terkejut mendengar keputusan Bara, dan semua melongo. Saya yang tidak mempunyai maksud apa-apa bertanya untuk meyakinkan Bara, bener? kalo nggak, aku pulang sekarang aja, motormu ambil aja di rumah".
Gile ye perempuan-perempuan itu, pikir Imel... Kalo gue ga betemen baik ama Bara, pasti deh tuh kontrak gue sobek-sobek! iiih... anak-anak muda jaman sekarang nih ye, suka ngeliat tampang luar doang, ga punya tata krama, sopan santun! ... ga tau ya, kalo gue ini siapa! Emosi serta egois Imel menderu-deru. Don't judge a book by its cover bener banget!
Image taken and edited by Tolelojing
Catatan: Tulisan ini tidak ada hubungannya dengan kuliner.
Bara, nanti ke rumah jam 7 malem ya, kita terus ke citos yuk... puyeng gue...
sms delivered
Jam 7 Bara datang, terus kita jalan ke Citos naik taksi. Dandananku malam itu sangat 'polos' alias hanya menggunakan tshirt hitam, celana kargo, sandal japit hitam, dan tas ransel. Kata anak-anak, aku kaya anak abg, habis tidak pakai make up sama sekali, polos (atau buluk?).
Sesampainya di Citos, kita akhirnya ke Starbucks dan beli 2 minuman yang kita sukai, lalu duduk di luar, dan mulai ngomongin kerjaan, sambil ngeliatin dan ngementarin orang lewat.Setelah 2 jam kemudian, Bara sibuk dengan sms hpnya. Sampai dia bilang, kalau
temannya mau join. "Ok", kataku.
5 menit kemudian, sementara aku masih berbicara dengan Bara, matanya membesar menuju ke belakangku. Karena aku curiga, maka aku terdiam, dan tidak lama kemudian, dua sosok perempuan yang umurnya saya taksir jauh di bawah saya, yang berdandan ala 'sangat metropolitan' langsung menghampiri meja kami, dan langsung berbicara dengan Bara dengan tampang tidak bersahabat, dan tidak memperdulikan saya.
Sampai akhirnya Bara dengan tampangnya yang culun langsung memperkenalkan diri saya kepada mereka.
"Oh iya, Ini Imel". Aku tersenyum ramah.
Mereka membalas dengan ogah-ogahan.
Singkat cerita, 'aura' malam itu sangat tidak mengenakkan, apalagi sewaktu sang 'tuan putri' bertanya dengan keras, "jadi mbak datang jauh-jauh hanya untuk ketemu sama Bara?". "Oh, iya...", kataku. "Kenapa? ADA MASALAH?", jawabku sambil menatap tajam ke matanya yang bagus itu. Dia yang mendapat tatapanku bak panah peperangan yang dilepaskan langsung bereaksi yang sama sekali tidak saya duga. "eh.. eh.. emm... oooo tidakkk.. tidakkk...", balasnya sambil melambaikan tangan tanda 'tidak'. Pembicaraan akhirnya terputus seketika, dan tuan putri sibuk berbicara dengan Bara.
Setelah hampir setengah jam saya 'dianggurin', akhirnya saya berkata, "Kayanya udah rada malam, saya harus pulang karena besok pagi-pagi sekali saya harus ke Bogor. Saya pamitan dulu ya". Bara kaget dan berpaling kepada saya, dan menahan saya, "Mel... kita pulang barengan". Kedua perempuan yang mendengar hal tersebut sangat terkejut mendengar keputusan Bara, dan semua melongo. Saya yang tidak mempunyai maksud apa-apa bertanya untuk meyakinkan Bara, bener? kalo nggak, aku pulang sekarang aja, motormu ambil aja di rumah".
Gile ye perempuan-perempuan itu, pikir Imel... Kalo gue ga betemen baik ama Bara, pasti deh tuh kontrak gue sobek-sobek! iiih... anak-anak muda jaman sekarang nih ye, suka ngeliat tampang luar doang, ga punya tata krama, sopan santun! ... ga tau ya, kalo gue ini siapa! Emosi serta egois Imel menderu-deru. Don't judge a book by its cover bener banget!
Image taken and edited by Tolelojing
Catatan: Tulisan ini tidak ada hubungannya dengan kuliner.