Saturday, January 21, 2006

Strike A Pose

Ayahnya meninggal setahun yang lalu, ibunya terbaring lunglai di rumah sakit seminggu ini. Adik-adiknya kelaparan. Dia harus bekerja!

Siang itu, dengan backdrop abu-abu, lampu terang menyilaukan mata, fan besar, dua buah G Force dan empat buah kamera Nikon dan Canon, berpuluh-puluh orang, bergelas-gelas kopi, dan sebuah kemauan keras.

Angkat lagi tangannya!
Pose... Tahan!
cekrik

Tahaaaan... tahaaaannn! Bagus! Senyum!
cekrik cekrik cekrik

Take five semua! Daniella, sini bentar... Matikan lampunya dulu!

Kuletakkan Canon 350D-ku. Daniella mendekat. Model yang lain berpencar.

Ada masalah apa? Senyum lepas susah, mata berekspresi susah, apa susahnya nge-pose sih?

Daniella terlihat frustasi. Dia model baru agency triple-one. Ini kali pertamaku bertemu dengannya. Kutampik masukan Jordy untuk memanggilkan si Rocky - Manager Model agency ini. Aku menggeleng.

Senyum kamu hambar, mata kamu kurang tajam. Kamu ga dikasih tahu kalau kita sedang shoot buat iklan ini? Ekspresi neng! Its a parfume ad... yang ga pake kata-kata terlalu banyak, jadi kita dituntut untuk memberikan ekspresi yang pas. Inget kan briefingnya? Ring a bell? Aku hampir melompat karena kesal. Empat jam sudah belum mendapatkan satu gambar pun yang bagus, karena Daniella.

Kutarik tangan Daneilla yang lunglai ke sofa merah diujung ruangan gelap dekat meja rias berlampu bulat-bulat dan cantolan kostum pemotretan. "The Judgment Sofa", istilah anak-anak. Kusulut rokok, kuhisapnya, dan kulipat tanganku di dada. So tell me. Whats wrong? Tanyaku padanya disela-sela lagu "You are The Universe"-nya BNH yang terdengar menyentak. Aku menoleh pada Jordy, asistenku, kecilin musiknya!

Daniella terdiam, dan tiba-tiba matanya mulai basah. Dia teringat akan ibu dan adik-adiknya.

Eits! Aku mendadak bingung, boleh ga nih anak nangis sekarang.

Stop sayang, tahan, jangan nangis. It'll ruin your make up.

Aku menyentuh sikunya dengan lembut. Tarik nafas panjang.

Dia menceritakan kesusahannya soal keluarganya.

Sudah berapa kali kamu ikut pemotretan?

Ini yang pertama kali, mbak...

This is not good, pikirku lagi.

Apa yang membuatmu menjadi model at the firts place?

Daniella tertegun melihatku, dan menjawab, tambahan penghasilan, mbak. Wah, dia tak boleh menangis sekarang. Dadaku perih melihat air matanya jatuh.

Daniella, sayang. Saya tahu ini semua berat buat kamu sekeluarga, tapi, ingat kalau ini pekerjaan pertama kamu. Pernah dengar kata-kata professional nggak? Kamu sudah masuk ke dunia itu sekarang. Modal kamu kuat, but you have to fight as well. No work, no money. So collect yourself and move your ass, sambil kukedipkan satu mataku ke Daniella. Saya tidak mau pemotretan ini menjadi jelek hanya karena kamu tidak menunjukkan hasil yang baik. Coba pikirkan, hasil ini jelek, agency-nya jelek, saya yang jelek. Dan saya tidak pernah memberikan hasil yang jelek. So... pikirkan sendiri.

Daniella tersenyum ketika mendengarku mengatakan 'ass', dan berkata, benar juga. Aku harus berjuang.

Mau tak mau aku harus tegas walaupun hatiku merasa teriris-iris mendengarkan ceritanya. Melihat air matanya meleleh.

Be somebody else in this room, honey. You are a model, for crying out loud! And what they suppose to do now, is being somebody else. Jadi, jangan takut menjadi sesuatu yang bukan dirimu untuk satu kali saja, demi kebaikan banyak orang. OK?

Daniella nampaknya mengerti apa yang kumaksud. Dia melihatku dan mengangguk mantap.

Make up! Betulkan Daniella. Rehat habis! Ayo semua ke posisi!

Aku berteriak-teriak mengkomando semua untuk memulai pekerjaan lagi. Aku tak tahu, apakah aku tepat meletakkan emosiku kali ini. Aku harus menjadi orang lain pada saat ini. Demi kebaikan semua orang. Juga.

Kuambil posisiku kembali ke tempat pemotretan yang terang benderang, meninggalkan sudut sofa yang gelap itu.

*terinspirasi Lagu Vogue oleh Madonna dan karakter T'Pol dalam Star Trek: Enterprise

Image taken by Whiskey Lima

0 Comments:

Post a Comment

<< Home