Saturday, March 12, 2005

t u l u s

Suatu hari Imel menulis di secarik kertas:

tulus?
bukan bulus.

arti itu (tulus, bukan bulus) menurut saya pribadi, berarti suatu yang datang dari lubuk hati yang paling dalam, tanpa mengharapkan balasan, tanpa maksud politik, tanpa maksud apa-apa dibalik itu.
tulus = sayang.
sayang = tulus.

lain halnya mungkin dengan bulus.
lain huruf depan, ternyata pengaruh arti sangat besar, malah bisa dibuat lawan kata.
selain yang berarti kura-kura air tawar, orang pakai untuk istilah akal bulus.
bukannya kepalanya isinya bulus semua, tapi lebih ke arah kelicikan.
bulus = licik.
licik = bulus.
kesian deh itu bulusnya....

pada saat hati saya buka, memberikan ketulusan bagi seseorang yang saya sayang, sebagai seorang teman, sebagai seorang adik, sebagai seorang sahabat, seketika rasa sakit itu muncul bersamaan. resiko ini saya ambil. walaupun ketulusan dibalas dengan kelicikan, saya masih ada disini.

itu hebatnya ketulusan.
bener, hebat.

jika kita tidak pernah berpandangan negatif terhadap orang, kita tidak akan pernah mengira ataupun menuduh kalo orang itu akan berpandangan negatif terhadap kita.

silakan ganti kata 'berpandangan negatif' dengan:
1. rese
2. mau tau aja
3. menjelek-jelekkan
4. memojokkan
5. ... pikirin sendiri kata-kata lain

de es te
you are what you eat
you are what you smoke (d o p e... ups.. sorry.. itu tulisan di kaos)

nggak tahu bagaimana cara menghentikan cara pikir seperti itu, kecuali "stop being in your own f*c**ng small world". oh common, wake up and smell the coffee! lihat sekelilingmu, pandangi realita. kalau kamu merasa nggak pe-de, jangan tutupi dengan sesuatu yang kamu bukan. kalau orang tahu yang aslinya, kamu akan terpuruk lebih jauh.

dear, aku sayang kamu.
tulus.
kalau tidak ada orang yang bisa mempercayai kamu lagi, kamu tidak bisa menyalahkan mereka. solusi: wake up! be yourself, and change your way of thinking.
masih banyak yang mau terima kamu apa adanya.
seperti saya.
kecuali kalau kamu ga percaya saya.
i'll fly away.

... dan kertas itu diterbangkan, mengharapkan dibaca olehnya. suatu hari, suatu saat. dan Imel pun hanya bisa menangis.

Image taken and edited by Tolelojing

0 Comments:

Post a Comment

<< Home