Wednesday, January 05, 2005

malpraktik?

Imel menelpon Tissa yang kabar-kabarnya sedang sakit di rumah, begini ceritanya...

Tissa berumur 34 tahun ketika kena cacar air!

pas tanggal 31 desember 2004, Tissa merasa ada keanehan pada kulit kepalanya.
bentol-bentol sekitar seribu (ga ngitung sih), atau lebih, yang dikira jerawat.
Tisaa pikir hal itu nggak wajar, abis, masa mukanya yang mulus bak pualam tidak tersentuh satu gunung kecil pun, tapi kulit kepalanya yang diserang.
kepalanya sangat sakit bak memar, sehingga malam tahun baru 2005 dia lalui dengan kegaringan tidur di rumah.

keesokan harinya, sewaktu Tissa hendak mandi, alangkah terkejutnya bukan alang kepalang (udah lama ga denger kata-kata ini ye... -- sama nih artinya dengan amat sangat terkejut sekali, hehehe) badannya penuh dengan bercak-bercak merah, malah ada beberapa yang melentung berisi air.

wah!
kena apa nih gue... pikir Tissa.
akhirnya diputuskan untuk memeriksakan diri ke dokter.

akhirnya dengan langkah seribu Tissa berangkat tergopoh-gopoh menuju ke dokter praktik bersama, untuk mencari dokter oemoem.
berhubung umat manusia masih sibuk tertidur, atau sedang hang over, atau sedang bebenah rumah, atau-atau yang lain, berhubung tahun baru, akhirnya dokter ditemukan, langsung masuk dan tidak ngantri, dan diagnosa adalah... terkena tjatjar air.

Maak! helep...

Nggak boleh mandi, nggak boleh kena dingin, bulet-bulet yang masih merah dan melentung dikasih salep, yang pecah dikasih talk, boleh bedak apapun, kecuali beauty powder. obat diminum 4x sekari kali satu. resep ambil di apotek depan.
gitu kata dokternya.

biaya dokter dua puluh lima ribu rupiah, obat semuanya empat ratus ribu sekian, jadi total empat ratus ribu sekian plus dua puluh lima ribu rupiah. kata mbak kasir. bayar pakai apa?

debet bca, kata Tissa.

setelah semua beres, Tissa kembali menuju rumah di hari yang seharusnya dia ikutan bergembira bersama teman-temannya. tapi demi kesembuhan, Tissa berusaha untuk tidak tergoda, dan beristirahat.

sesampainya di rumah, Tissa kemudian membalas sekitar jutaan sms yang dia terima sejak semalam yang intinya kira-kira sama: selamat tahun baru. ada sms yang berisi kata-kata lucu yang baru ditemukannya alias orijinal, ada sms yang kata-katanya sama persis dengan sms tahun lalu, ada yang cuman ngucap selamat tahun baru ye, dan lainnya, akhirnya dijawab dengan kalimat standar and send to all

"selamat tahun baru, saya merayakan tahun baru dengan cacar air, semoga anda sekeluarga sehat.*Tissa."

seperti yang bisa dikira, jawaban langsung didapatkan dari kiriman sms itu.
ada yang prihatin, ada yang memberi wejangan, pesan sponsor, ada yang ngetawain, dan masih banyak lagi.

bt deh gue, pikir Tissa.

selama dua hari pertama, Tissa masih mengikuti anjuran dokter oemoem itu, nggak boleh mandi, dll, kecuali satu yang tidak masuk akal: yang pecah dikasih talk. kayanya rada ga wajar. maka Tissa oleskan salep. tambahan, Tissa mulai curiga, karena bentol-bentol mulai mengeluarkan nanah. di muka sudah penuh dengan cairan yang berwarna kuning itu.

ada yang ga beres ini, pikirnya.

akhirnya setelah 2 hari lebih tidak mengelus-elus kibor laptopnya, akhirnya Tissa mulai membuka laptop dan mulai mencari soal "penyakit anehnya" di internet.

www.google.com
search: keyword = "cacar air"

akhirnya ditemukan beberapa artikel mengenai cacar air, dan pembahasan mengenainya.

yang paling membuatnya kaget adalah, bahwa ternyata cacar air sangat boleh, malah dianjurkan untuk tetap mandi, dan hanya boleh mengoleskan talk hanya pada saat masih bentol-bentol. Tissa membelalakan matanya. What???

akhirnya ditelpunnyalah sepupu dokter di ibukota.
dan singkat cerita, dokter oemoem yang telah ditemui Tissa adalah dokter 'kuno'.

singkat cerita, Tissa langsung berangkat mandi berbekal dengan wejangan yang diberikan oleh sepupunya yang dokter itu. mandi air dingin (kalo anget bisa merangsang gatel) pake bubuk pk (kalium permanganat?), atau sejenis disinfektan, pakai sabun, shampoo yang bebas pewangi, pokoke khusus buat kulit sensitif. kata sepupu lagi, setelah hari ke empat, pergilah ke dokter kulit. biasanya dokter kulit banyak membantu pemulihan.

merasa mendapat angin segar, Tissa akhirnya maju jalan menuju ke kamar mandi untuk mandi, menggantikan ritualnya yang hanya bisa membersihkan tubuhnya dengan wash-lap dengan air hangat.

segaaaaaarrr... sekeluarnya dari kamar mandi. the next step is, besok sore ke dokter kulit.

akhirnya sore yang dinantikan tiba, Tissa berangkat menuju ke dokter praktik spesialis kulit dan kelamin (Tissa sebetulnya rada-rada nggak enak hati ke 'dokter bergelar' itu, abis ada kata-kata kelaminnya sih, ntar dikira gue kena penyakit kelamin...). setelah mendaftar, Tissa dipersilakan menunggu dokter spesialis tersebut, yang tempatnya melewati lobby besar yang berisi pasien menunggu waktunya untuk diperiksa.

semua mata melihat Tissa.
Tissa membalas semua tatapan mata mereka, dan tersenyum.
*kata Tissa dalam hati, iya, walopun ini nanahan, tapi ini cacar air, bukan penyakit kelamin. mau saya tulari?

singkat cerita lagi
dokter spesialis itu sangat menyesali apa yang telah terjadi, penanganan yang tidak benar menyebabkan pasien menjadi lebih parah. dan ini terjadi pada Tissa.
Tissa hanya bisa menarik napas panjang, dan mengumpat dalam hati... damn!

akhirnya, karena semua telah terjadi, Tissa hanya bisa mencoba untuk melakukan yang terbaik, dan tidak menyesali yang telah ada.

kata Tissa kepada Imel, "doain gua ya Mel, mudah-mudahan dalam seminggu ini nanah gue ilang semua, dan kering, terus tinggal ngilangin deh. gue malu Mel".

Imel hanya bisa tersenyum kecut dalam hati....
dan pasti akan mengabari hal ini kepada teman-teman lainnya kalau ketemu di kedai kupi-kupi nanti sore.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home